12 Maret 2011

MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUAN


MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUAN

A.      Pendahuluan
Ilmu pengetahuan muncul karena adanya pengalaman manusia ketika ia mendapatkan pengetahuan tertentu melalui proses yang khusus. Sebuah cerita tentang Newton, bagaimana ia menemukan teori gravitasi dalam ilmu fisika bermula ketika ia merasakan sesuatu, yaitu apel yang jatuh dan menimpa kepalanya saat sedang duduk di bawah pohon apel. Pengalaman tentang sesuatu itulah yang menyebabkan orang kemudian berpikir dan berpikir lebih lanjut tentang sebab peristiwa tersebut. Berkat ketekunan, kesabaran, keingintahuan serta didukung dengan kepandaian dan intelegensi yang memadai dan daya kreativitas yang tinggi seseorang dapat menciptakan teori-teori atau hukum atau dalil dan teori-teori tersebut agar dapat diterapkan bagi kepentingan umat manusia. Munculnya teknologi atau hasil dari ilmu pengetahuan (berupa benda-benda di sekeliling manusia seperti misalnya mobil, pesawat terbang, kereta api, komputer, telpon selular, dan sebagainya), dari masa ke masa telah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memang mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Tetapi pengalaman yang bersifat indrawi belumlah cukup untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi tersebut harus mengalami proses MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUANilmiah yang lebih lanjut, dan hal ini dikenal sebagai proses metodologis. Proses metodologis adalah suatu proses kerja di dalam kegiatan ilmiah (misalnya dapat berada dalam suatu laboratorium) untuk mengolah gejala-gejala pengetahuan dan bertujuan mendapatkan kebenaran dari gejala-gejala tersebut. Untuk itulah di dalam setiap proses metodologis atau proses kegiatan ilmiah, observasi atau pengamatan yang cermat terhadap objek penelitian haruslah diperhatikan dengan benar.

Makalah ini akan mencoba mengulas sifat-sifat dari ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan metode-metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut. Partisipasi dan sumbang pemikiran para audien serta masukan dari Bapak dosen sangat diperlukan untuk lebih menghidupkan suasana diskusi.
B.       Pembahasan
1.        Sifat Ilmu Pengetahuan
a.      Logis atau masuk akal,
yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Logika dalam ilmu pengetahuan adalah sesuai dengan fakta. Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.
b.      Obyektif
Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
c.       Sistematis
yaitu adanya konsistensi dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. Konsistensi internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini tidak boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan.
d.      Andal
yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.
e.       Dirancang.
Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
f.       Akumulatif.
Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah itu akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
g.      verifikatif
Suatu ilmu mengarah pada tercapainya suatu kebenaran. Misalnya, teori tentang Generatio Spontanea, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang sudah diyakini kebenarannya, tetapi akhirnya teori itu digugurkan dengan teori Biogenesis, menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga. Akhirnya teori ini diyakini kebenarannya sampai sekarang.
MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUAN Berdasarkan sifat-sifat diatas, ilmu pengetahuan dapat dicirikan secara umum menjadi rasional, empiris, dan sementara. Rasional artinya kebenaran itu ukurannya akal. Sesuatu dianggap benar menurut ilmu apabila masuk akal. Sebagai contoh dalam sejarah kita menemukan adanya bangunan Candi Borobudur yang sangat menakjubkan. Secara akal pembangunan Candi Borobudur dapat dijelaskan, misalnya bangunan tersebut dibuat oleh manusia biasa dengan menggunakan teknik-teknik tertentu sehingga terciptalah sebuah bangunan yang megah. Janganlah kita menjelaskan bahwa Borobudur dibangun dengan menggunakan kekuatan-kekuatan di luar manusia,misalnya jin, sihir, setan, atau jenis makhluk-makhluk lainnya. Kalau penjelasan seperti ini, maka sejarah bukanlah sebagai ilmu pengetahuan.

Empiris artinya ilmu itu berdasarkan kenyataan. Kenyataan yang dimaksud di sini yaitu berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi
atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah memiliki sumber sejarah
yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah. Misalnya kalau kita bercerita
tentang terjadinya Perang, maka perang itu benar-benar ada berdasarkan
bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan yang ditemukannya. Kemungkinan
masih adanya saksi yang masih hidup, adanya laporan-laporan tertulis, adanya
tempat yang dijadikan pertempuran, dan bukti-bukti lainnya. Dengan demikian,
cerita sejarah merupakan cerita yang memang-memang empiris, artinya benar-benar terjadi. Kalau cerita tidak berdasarkan bukti, bukan sejarah namanya,
tetapi dongeng yang bersifat fiktif.

Sementara artinya kebenaran ilmu pengetahuan itu tidak mutlak seperti
halnya kebenaran dalam agama. Kemutlakan kebenaran agama misalkan dikatakan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang berbeda dengan makhluknya.Ungkapan ini tidak dapat dibantah harus diyakini atau diimani oleh manusia.Lain halnya dengan ilmu pengetahuan, kebenarannya bersifat sementara, artinyadapat dibantah apabila ditemukan teori-teori atau bukti-bukti yang baru. Dalam
sejarah, kesementaraan ini dapat dalam bentuk perbedaan penafsiran terhadapsuatu peristiwa. Perbedaan ini dapat diterima selama didukung oleh bukti yang akurat. Kesementaraan inilah yang membuat ilmu pengetahuan itu
berkembang terus.

2.    Metode Ilmu Pengetahuan
a.    Metode induksi-deduksi
Metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Apabila orang MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUANmenerapkan cara penalaran yang bersifat induktif berarti orang bergerak dari bawah ke atas. Artinya, dalam hal ini orang mengawali suatu penalaran dengan memberikan contoh-contoh tentang peristiwa-peristiwa khusus yang sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. [1]

Metode deduksi adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yag bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila orang menerapkan cara penalaran yang bersifat deduktif berarti orang bergerak dari atas menuju ke bawah. Artinya, sebagai langkah pertama orang menentukan satu sikap tertentu dalam menghadapi masalah tertentu, dan berdasarkan aatas penentuan sikap tadi kemudian mengambil kesimpulan dalam tingkatan yang lebih rendah.[2]

b.    Metode analisis-sintesis
Metode analisis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan terhadap suatu objek ilmiah dengan cara memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.[3]
Metode sintesis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Cara ini berarti pula penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan cara menggabungkan  pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.[4]

c.    Metode Kulitatif-kuantitatif
Bogdan dan taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagagi prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sebaliknya, metodologi kualitatif melibatkan pengukurantingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemuan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang  menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu  pengamatan dan penelitian mulai mencatat atau menghitung dari angka satu, dua dan seterusnya.
Dengan kata lain kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan dan angka atau kuantitas. Sedangkan penelitan kualitatif menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan jumlah. Namun demikian, keduanya dapat digunakan dalam membantu menelit permasalahan kefilsafatan.[5]



3.    Tahapan Metode Ilmiah
Tahap-tahap metode ilmiah adalah sebagai berikut.
a.    Merumuskan masalah.
Rumusan masalah adalah gambaran terhadap sesuatu yang dijadikan permasalahan. Rumusan masalah bisa muncul karena adanya pengamatan dari gejala-gejala atau MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUANperistiwa-peristiwa yang ada di lingkungan. Perumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang batasannya jelas serta faktor-faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
b.    Mengumpulkan data.
Kumpulan data bisa berupa informasi yang mengarah dan dekat dengan pemecahan masalah. Mengumpulkan data bisa dengan berbagai cara, misalnya melalui kajian pustaka, observasi lapangan, wawancara, data lisan, dan sebagainya.
c.       Merumuskan hipotesis,
yaitu membuat jawaban sementara yang disusun berdasarkan data-data yang diperoleh. Hipotesis pada dasarnya bersifat deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Hipotesis atau jawaban sementara tersebut diuji kebenarannya dengan melakukan percobaan penelitian.
d.        Membuat analisis untuk mendapatkan kesimpulan.
Menarik kesimpulan harus berdasarkan analisis data-data. Oleh sebab itu agar dapat menarik kesimpulan dibutuhkan fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis. Apabila hipotesis tersebut mendukung maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika hipotesis tersebut tidak dapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak. Kesimpulan/hipotesis yang sudah diterima kemudian dianggap sebagai sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab sudah melalui tahapan pengujian dan memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu sudah mempunyai kerangka yang jelas, konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, dan telah diuji kebenarannya.
e.         Penarikan Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan harus memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Hal yang penting dalam melakukan metode ilmiah bukan hanya proses penemuan pengetahuannya saja, namun terdapat pula bagaimana cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada masyarakat dan ilmuwan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan laporan penelitian ilmiah yang memiliki sistematika dan cara berpikir yang terformat dalam teknik penelitiannya.

C.      penutup
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa suatu informasi baru bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu pengetahuan berdasarkan sifat-sifatnya dan dihasilkan atas suatu proses yang prosedural dan terstruktur. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang ada tersebut dapat dipertanggungjawabkan baik secara individu mauun kelompok.
Namun demikian hal-hal yang disajikan dalam makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saran, kritik dan masukan diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan itu sendiri.


[1] Drs. Sudarto, M.Hum., Metodologi Penelitian Filsafat, Raja Grafindo Persada, (Jakarta : 2002), Cet. Ke-3, hal 57.
[2]Ibid., hal. 58
[3] Ibid., hal. 59
[4] Ibid, hal. 61
[5] Ibid., hal. 62-63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar